Politik adalah
kata yang luhur. Ia adalah soal mengelola hidup bersama dengan berpijak pada
tata nilai kehidupan yang ada. Ia memperjuangkan keadilan untuk semua warga,
dan bukan hanya segelintir kelompok. Namun, sekarang ini, politik sudah berubah
arti menjadi pertarungan untuk memperoleh kekuasaan dengan cara-cara yang
jahat, licik dan kejam.
Hal yang sama
kiranya terjadi di bidang ekonomi, sehingga ia terpelintir ke dalam kesesatan
berpikir yang merusak. Sejatinya, ekonomi adalah soal mengelola beragam sumber
daya, guna menciptakan kemakmuran bersama. Kemiskinan dan ketimpangan sosial
antara si kaya dan si miskin adalah dosa besar tata kelola ekonomi. Asas dasar
ekonomi adalah solidaritas antar manusia yang membawa pada kesejahteraan
bersama.
Mengapa keduanya
terpelintir ke arah kesesatan? Mengapa ciri licik, rakus dan kejam kini justru
ditempel pada dua kata yang luhur tersebut? Ada banyak kemungkinan jawaban.
Namun, jawaban yang paling mendasar adalah, karena politik dan ekonomi sudah
tercabut dari spiritualitas.
Tercabut
Sebaik apapun
sistemnya, tanpa ada spiritualitas yang berakar dalam di dalam diri para pelaku
politik, korupsi dan politik pemangsa (predatory politics) akan terus ada.
Sesempurna apapun sistemnya, tanpa spiritualitas, ketimpangan sosial,
kemiskinan dan kerakusan akan terus mewarnai dunia ekonomi. Spiritualitas ini
tertanam di dalam budaya sebuah masyarakat, asal ia terus digali dan
ditafsirkan secara segar di kehidupan yang terus berubah.
Spiritualitas
Spiritualitas
bukanlah sesuatu yang seram. Ia tidak ada hubungan dengan klenik. Bahkan, ia
tak ada hubungan dengan agama.
Spiritualitas adalah
cara pandang terhadap kehidupan yang berpijak pada kesadaran mendasar, bahwa
kita saling terkait satu sama lain. Kata “kita” tidak hanya mengacu pada
manusia, tetapi pada semua mahluk hidup yang ada. Pendek kata, seluruh
kehidupan di jagat semesta ini berawal dari hal yang sama, dan akan kembali
menjadi hal yang sama, yakni energi semesta itu sendiri.
Jika dihubungkan
dengan spiritualitas, politik dan ekonomi akan secara alami kembali ke
hakekatnya. Bahkan, politik dan ekonomi tidak membutuhkan sistem dan aturan
yang begitu rumit, seperti sekarang ini. Semakin rumit aturan dan sistem yang
ada di sebuah masyarakat, semakin dalamlah krisis spiritualitas yang dialami
masyarakat tersebut.
Jika orang
sadar, bahwa ia adalah satu dan sama dengan semua mahluk hidup yang ada, maka
solidaritas universal akan muncul secara alami di dalam dirinya. Ini juga akan
secara otomatis mengusir semua penderitaan batin yang ia punya. Spiritualitas
tidak hanya membalut hidup bersama dengan keadilan dan kesejahteraan, tetapi juga
melepaskan diri pribadi dari beragam penderitaan yang sia-sia.
Maka, pendidikan
spiritualitas harus menjadi bagian utama sistem pendidikan nasional.
Spiritualitas harus dilepaskan dari tradisi agama tertentu. Pengembangan
spiritualitas juga akan secara langsung memotong akar-akar radikalisme dan
terorisme sampai ke akarnya. Ia bisa mengembangkan daya tahan bangsa dari
jaringan radikalisme dan terorisme global yang terkait erat dengan beragam
kebijakan geopolitik di Timur Tengah maupun negara-negara Barat.
Inilah hal terpenting yang bisa kita
lakukan sekarang ini.
Oleh Reza A.A Wattimena
0 Komentar