Saat ini kita sedang
diperlihatkan Tuhan bagaimana Dia sedang menjalankan kehendak dan rencana-Nya
untuk melakukan penataan ulang terhadap ciptaannya. Setelah sekian lama
ditempati dan dikelola oleh makhluk bernama manusia, bumi ini mengalami
kerusakan parah. Lihatlah polusi yang sedemikian parahnya memenuhi tanah, air
dan udara di sekitar kita. Hutan-hutan dan ruang-ruang hijau habis dibabat, penambangan
secara masif dilakukan gila-gilaan sehingga terjadi kerusakan lingkungan yang
sedemikian parah seperti bencana banjir, tanah longsor dan bencana-bencana lainnya.
Angin Puting Beliung, gempa bumi, gunung meletus, kemarau panjang dan hujan tak
berkesudahan, semua itu bukan terjadi begitu saja, tetapi merupakan bagian dari
rangkaian hukum sebab akibat: keseimbangan bumi terganggu.
Selain pada alam
materi, kerusakan juga terjadi di kehidupan psikososial manusia. Terjadi
ketidakseimbangan yang sangat kasat mata bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi
berlangsung. Distance / jarak strata
sosial dan ekonomi antara si kaya dan si miskin demikian renggang yang terjadi
akibat manusia menata kehidupan tidak berdasarkan tatanan baku yang sudah
ditetapkan-Nya.
Tuhan menciptakan bumi
dan seisinya ibarat pabrik menciptakan komputer/gadget. Arsitektur hardware dan software sudah didesain sedemikian rupa agar bisa digunakan secara
baik dan minim kendala. Pabrik sudah menentukan software seperti apa yang
kompatibel untuk diinstall di komputer/gadget yang telah diciptakannya. Namun
setelah sekian lama makhluk bernama manusia ini menempati bumi, ternyata mereka
telah mengelolanya berdasarkan tatanan / sistem aturan yang mereka buat sendiri.
Padahal Tuhan menyediakan bumi dan seisinya, disertakan pula seperangkat aturan
hidup yang sesuai dengan alam ini agar tidak merusak keseimbangan. Ibarat kita
pinjami komputer/gadget, lalu kita menginstall software-software modifikasi
rekayasa kita yang tidak sesuai dengan desain pabrik, maka akan terjadilah
kerusakan pada komputer/gadget kita. Itu pula yang terjadi di bumi saat ini.
Seperangkat aturan yang sudah disediakan-Nya untuk digunakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari telah digantikan aturan-aturan yang tidak sesuai dan
bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. Seperangkat aturan
itu diantaranya berisi nilai-nilai dasar hukum dan ekonomi.
Lihatlah akibat
penyimpangan dari aturan yang telah tuhan tetapkan, terjadi kerusakan ekonomi
luar biasa. Lalu akibat penyimpangan hukum-hukum-Nya, terjadi pula kemrosotan
moral yang sangat menyedihkan dan terjadi rentetan penyimpangan-penyimpangan di
segala lini kehidupan lainnya sehingga menimbulkan kesengsaraan hidup banyak
manusia. Semua ini jauh sekali dari konsep dasar Tuhan menciptakan alam ini
dengan arah kehidupan yang dipenuhi dengan kedamaian dan kesejahteraan.
Tentu Jika kondisinya
sudah seperti itu maka Sang Pemilik bumi ini tidak akan membiarkan sampai batas
waktu tertentu, karena Dia yang menciptakan, Dia pulalah yang akan merawatnya
ketika terjadi kerusakan. Dia akan turun tangan untuk melakukan perbaikan pada
ciptaannya. Tanda-tanda yang ada di kitab-kitab suci maupun pada
tulisan-tulisan orang-orang bijak dari para leluhur kita tidak menunjukkan akan
adanya kehancuran total pada bumi dan seisinya. Tanda-tanda di sana menunjukkan
akan adanya proses restore / instal
ulang sistem / proses penataan ulang alam semesta.
Bencana pandemi
Covic-19 adalah salah satu dari sekian banyak cara yang ditunjukkan Tuhan
bagaimana perbaikan akan berlangsung di bumi ini. Polutan di bumi ini kadarnya
akan semakin berkurang, hewan-hewan yang tadinya enggan masuk ke sungai-sungai
di kota akan kembali berani memasukinya. Tanah-tanah yang semula hijau dan
menjadi gersang akibat dirusak manusia akan menjadi hijau kembali pada saatnya.
Bumi sedang diremajakan kembali, sedang di "restorasi" dan ia sedang
menuju titik keseimbangannya. Segala sendi kehidupan yang carut marut akibat
dikelola menggunakan sistem aturan yang "corrupt", tidak mencerminkan keadilan dan keseimbangan dengan
pelan tapi pasti akan di restorasi / dikembalikan kepada sistem-Nya agar
kehidupan bumi beserta seluruh makhluk-makhluk di dalamnya berjalan normal
kembali.
Namun proses untuk
menuju ke sana tentu bukan merupakan kejadian yang sebentar dan sederhana.
Sebagaimana proses reset gadget atau install ulang komputer, pasti akan
selalu menyebabkan adanya data-data atau konten yang lost atau terhapus. Begitu juga dengan proses restore/tata ulang bumi ini, tentu akan banyak manusia yang menjadi
korban karena berbagai macam bencana termasuk wabah Corona ini. Ini adalah
kabar buruk yang menyedihkan di balik berita gembira bahwa bumi ini akan
kembali ke titik mizannya atau kondisi fresh
kembali. Di sinilah seleksi alam terjadi. Ketika komputer/gadget direset, tentu
ada saja konten-konten yang diselamatkan oleh Pemilik komputer/gadget tersebut
yang mana merupakan file-file dan software-software yang sesuai dengan kehendak Si
pemilik komputer/gadget yaitu yang kompatible dan tidak merusak sistem di perangkat
tersebut serta bersih (bebas dari virus).
Pada proses ini Sang
Pemilik alam semesta tentu akan menyelamatkan penghuni-penghuni yang dipilihnya
karena mereka ibarat konten-konten dalam gadget yang mau masih bisa dibersihkan
dan jalan hidupnya tidak melawan konsep dasar-Nya. Ini menjadi hak prerogatif
Tuhan bagaimana dia akan memilih-milih dan memilah-milah mana yang dianggap
layak.
Sampai di sini, kita
sebagai penghuni-penghuni bumi tentunya menginginkan keselamatan, maka secara
sederhana upaya yang kita lakukan adalah berpihaklah kepada pemilik bumi dengan
merestorasi ide dan pemikiran bahwa sistem aturan hidup Sang Pemilik bumi ini
adalah sebaik-baik sistem. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu
(berkiblat) ke Barat (sistem kapitalisme - liberalisme) bukan pula menghadapkan
wajahmu (berkiblat) ke Timur (sistem sosialisme - komunisme), tapi kebajikan
adalah menghadapkan wajah kita (berkiblat) kepada sistem hidup Tu(h)an Semesta
Alam, sebaik-baik pembuat aturan.
Orang-orang hanif
seperti Nabi Ibrahim, Musa, Yesus, Muhammad, dan para pengikut setianya adalah
contoh bagaimana menjalani hidup berdasarkan sistem hidup Bos Semesta Alam yang
sudah diwahyukan. Petunjuk dari Sang Bos menjadi aplikatif dan berefek nyata pada
kehidupan, dan bukan menjadi sekedar nyanyian serta khotbah belaka.
Hukum-hukum, aturan-aturan diperjuangkan untuk dibumikan sehingga memberi
manfaat sebanyak-banyaknya bagi bumi dan penghuninya.
Siapapun yang berpihak
kepada Kehendak dan Rencana Tu(h)an tentu lebih berpotensi untuk selamat
meskipun juga belum ada jaminan, karena tentu masih akan diuji dulu oleh
Tu(h)an keikhlasan dan ketulusannya dalam merestorasi dan membersihkan pikiran
kita dan mengikuti kehendak-kehendak dan rencana-Nya.
Akhir kata, semoga
kita dibukakan pikiran dan diberikan kekuatan untuk bisa selalu menerima
informasi-informasi dari alam sebagai sign
dan petunjuk dari Sang Pemilik bumi ini dan dikuatkan pikiran dan tubuh kita
untuk melewati perjalanan berat ini sesuai dengan petunjuk dan kehendak dari
Sang Maha Hidup.
0 Komentar